INDUSTRI GULA
I.
PENDAHULUAN
Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat dan
industri
yang saat ini masih terus menjadi masalah karena kekurangan
produksi
dalam negeri, sementara kebutuhan terus meningkat.
II.
KARAKTERISTIK GULA
Gula memiliki karakteristik
seperti berikut :
1.
Nama senyawa : Sukrosa
2.
Rumus molekul : C12H22O11
3.
Berat molekul : 342,3
g/mol
4.
Bentuk
: Padatan
5.
Warna : Putih
6.
Bau : Khas karamel
7.
Densitas : 1,587 g/cm3
8.
Kelarutan, 25oC : 2000 g/L air
9.
Titik
leleh, 1 atm :
1860C
III.
BAHAN BAKU DAN SUMBER
Sumber gula di
Indonesia sejak masa lampau adalah cairan bunga (nira) kelapa atau enau, serta cairan batang
tebu. Tebu adalah tumbuhan asli dari Nusantara,
terutama di bagian timur. Tebu sebagai
bahan baku utama industri gula di Indonesia merupakan tanaman yang efisien. Nama
tebu hanya terkenal di Indonesia, di lingkungan Internasional tanaman ini lebih
dikenal dengan nama ilmiahnya Saccharum officinarum L. Jenis ini
termasuk dalam famili Gramineae atau kelompok rumput-rumputan.
3.1.
Komposisi atau Kandungan
Tebu
Umumnya tebu memiliki
komposisi sebagai berikut:
Komposisi
|
Kadar
|
Sukrosa
|
11-19%
|
Gula reduksi
|
0,5-1,5%
|
Senyawa anorganik
|
0,5-1,5%
|
Asam anorganik
|
0,15%
|
Sabut
|
16-19%
|
Zat warna
|
8-9%
|
Air
|
65-75%
|
IV.
PROSES PEMBUATAN GULA DALAM INDUSTRI
Tujuan daripada
pabrik gula adalah : membuat sukrosa ( gula ) yang terlarut dalam nira, menjadi
kristal sukrosa yang murah.
Dalam pabrik gula,
batang tebu ditinjau menurut tiga bagian, yaitu :
1.
Gula,
yaitu sukrosa
2.
Non
sukrosa ( yang terbanyak adalah air )
3.
Bahan
serabut, yang menjadi amapas untuk bahan bakar.
Kadang-kadang juga dapat dibagi menurut 2
bagian saja, yaitu :
1.
Gula
2.
Bagian
yang tak menjadi gula.
4.1.
Langkah-langkah
Proses
4.1.1.
Proses Penggilingan Tebu
Setelah tebu
dipanen, langkah selanjutnya dalam proses pembuatan gula adalah pemerahan tebu
di gilingan. Tebu diperah menghasilkan “nira” dan “ampas”. Untuk menggiling tebu
diperlukan 4-6 set gilingan yang terdiri dari rol baja. Setiap set terdiri dari
3 buah rol, satu berada di atas dua lainnya. Masing-masing set gilingan berada
dalam ukuran alur(groove) dan jarak antar rol, dan semakin kebelakang jarak
antar rol semakin sempit hingga pemerasan menjadi lebih baik.
Untuk melarutkan nira
yang melekat dalam serabut dilakukan penyemprotan dengan air (air imbibisi).
Penambahan air imbibisi harus diperhitungkan agar tidar mengganggu proses
penguapan atau pemborosan energi. Penambahan air imbibisi sekitar 15-16% berat
tebu yang digiling. Ampas yang dihasilkan pada proses pemerahan ini digunakan untuk
berbagai macam keperluan. Diantaranya digunakan sebagai bahan bakar ketel uap, atau sebagai
bahan baku untuk pulp dan apabila berlebih bisa digunakan sebagai bahan partikel board,
furfural, xylitol dan produk lain.
Nira yang dihasilkan
dari penggilingan dapat mencapai 80-90% berat tebu. Nira inilah yang
mengandung gula dan akan di proses lebih lanjut di pemurnian.
4.1.2.
Pemurnian Nira Mentah
Setelah tebu diperah
dan diperoleh “nira mentah” (raw juice), lalu dimurnikan. Dalam
nira mentah mengandung sukrosa, gula
invert (glukosa+fruktosa) ; zat bukan gula, terdiri dari atom-atom
(Ca,Fe,Mg,Al) yang terikat pada asam-asam, asam organik dan anorganik, zat
warna, lilin, dan sebagainya. Pada proses pemurnian zat-zat bukan gula akan
dipisahkan dengan zat yang mengandung gula.
Pemurnian dimaksudkan
untuk memisahkan kotoran-kotoran yang terbawa nira, hingga diperoleh gula yang
jernih.
Proses pemurnian ini
dapat dilakukan baik secara fisis maupun kimiawi. Secara fisis dengan cara
penyaringan sedangkan secara kimia melalui pemanasan, dan pemberian bahan
pengendap.
Berdasarkan cara penjernihan nira dikenal 3 macam cara penjernihan:
a.
Defekasi
Dalam cara ini nira mentah ditambah Ca(OH)2
dalam keadaan dingin sampai suasana larutan nira menjadi alkalis, kemudian
dididihkan dan dibiarkan agar kotoran mengendap.
Kelebihan cara defekasi adalah prosesnya
pemurniannya dengan biaya lebih murah dan produk yang dihasilkan bebas residu
belerang.
Kelemahan cara defekasi adalah pengendapan
kurang baik dibandingkan proses sulfitasi dan karbonatasi, sehingga produksi
gula yang dihasilkan kurang seragam.
b.
Sulfitasi
Bahan additive dalam proses ini adalah Ca(OH)2
dan gas SO2. Ke dalam nira, mula-mula ditambahkan Ca(OH)2
berlebih yaitu sekitar 1% lebih banyak dari berat kapur yang diperlukan
(diperhitungkan).
Maksud penambahan Ca(OH)2 yang
berlebih adalah untuk menetralkan asam-asam yang terdapat dalam nira, dan
membantu pengendapan.
Sisa Ca(OH)2 yang masih ada
dinetralkan dengan jalan memasukkan gas SO2, proses netralisai ini
dilakukan pada suhu 70-800 C.
Reaksi yang terjadi pada proses ini:
Ca(OH)2(aq) + H2SO3(aq) CaSO3(s) + 2H2O(l)
Reaksi antara nira dan gas SO2 akan
membentuk endapan CaSO3, yang berfungsi untuk memperkuat endapan
yang telah terjadi sehingga tidak mudah terpecah.
Gas SO2 selain berlaku sebagai zat
penetral, juga bersifat sebagai zat penghilang warna (bleaching agent). Dengan
cara SO2
memperlambat reaksi antara asam amino dan gula reduksi yang dapat mengakibatkan
terbentuknya zat warna gelap. Cara sulfitasi ini menghasilkan gula SHS
(Superior Head Sugar) yang berwarna putih.
c.
Karbonatasi
Pada pemurnian secara karbonatasi,
bahan aditif yang ditambahkan adalah Ca(OH)2 dan gas CO2.
Kapur yang diberikan banyaknya sekitar 10 x berat yang digunakan dalam proses
sulfitasi. Sisa kapur dalam nira dinetralkan dengan gas CO2 dari
pembakaran batu kapur(CaCO3).
Reaksi yang terjadi pada proses ini
yaitu:
Ca(OH)2(aq)
+ CO2(g) CaCO3(S)
Endapan CaCO3 dapat
menyerap zat-zat berwarna dan gum (pentosan).
Proses karbonatasi dapat dilakukan
pada suhu rendah maupun suhu tinggi. Jika suhu sangat tinggi, di atas 900
C, maka gula pereduksi akan mengalami dekomposisi dan warna nira menjadi gelap.
Bila suhu proses dipertahankan 550 C, akan dihasilkan gula yang
sangat putih, lebih putih daripada gula hasil proses sulfitasi.
Proses penjernihan secara
karbonatasi menghasilkan gula SHS berwarna putih. Kotoran-kotoran yang telah
menggumpal dari proses-proses di atas selanjutnya diendapkan di dalam pesawat
pengendap, (clarifier). Kemudian endapan dipisahkan dari nira jernih encer.
Terhadap endapan yang masih mengandung nira, dilakukan filtrasi untuk
mendapatkan niranya dengan menggunakan alat filter-frame press atau filter
vakum yang berputar.
4.1.3.
Penguapan Nira Encer
Langkah selanjutnya dalam proses pengolahan gula adalah proses
penguapan. Penguapan dilakukan dalam vakum multiple effect evaporator. Tujuan dari penguapan ini adalah untuk memisahkan air yang terkandung dalam nira
encer sehingga didapatkan larutan nira pekat.
Penggunaan multiple effect evaporator dengan pertimbangan untuk
menghemat penggunaan uap. Sistem multiple effect evaporator terdiri dari 3 buah
evaporator atau lebih yang dipasang secara seri. Di pabrik gula biasanya
menggunakan 4(quadrupple) atau 5 (quintuple) buah evaporator.
Pada proses penguapan air yang terkandung dalam nira akan diuapkan.
Uap baru digunakan pada evaporator badan I sedangkan untuk penguapan pada
evaporator badan selanjutnya menggunakan uap yang dihasilkan evaporator badan
I. Penguapan dilakukan pada kondisi vakum dengan pertimbangan untuk menurunkan
titik didih dari nira. Karena nira pada suhu tertentu ( > 1250 C)
akan mengalamai karamelisasi atau kerusakan. Dengan kondisi vakum maka titik
didih nira akan terjadi pada suhu 700 C. Produk yang dihasilkan
dalam proses penguapan adalah ”nira kental” .
Nira dari bejana nomor 1 diuapkan dengan menggunakan
penambahan uap. Uap bekas ini terdapat
dalam sisi ruang uap dan nira yang diuapkan terdapat dalam pipa-pipa nira dari
tombol uap. Kemudian uap bekas dialirkan ke dalam bejana nomor 2. Selanjutnya nira kental yang berasal dari bejana nomor 1 ke bejana nomor 2. Dalam bejana nomor 2 nira
kental diuapkan dengan
menggunakan uap nira dari bejana nomor 1. Kemudian nira kental dai bejana nomor
2 dialirkan ke bejana nomor 3 dan diuapkan menggunakan uap nira dari bejana
nomor 2. Demikian dan seterusnya, sampai pada bejana terakhir merupakan nira kental yang berwarna gelap
dengan kepekatan sekitar 60 brik. Nira kental ini diberi gas SO2
sebagai belancing dan siap dikristalkan. Sedangkan uap yang dihasilkan dibuang
ke kondensor sentral dengan perantara pompa vakum.
4.1.4.
Kristalisasi
Nira Kental
Proses
kristalisasi adalah proses pembentukan kristal gula. Sebelum dilakukan
kristaliasi dalam pan masak ( crystallizer ) yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan
dipanaskan terus-menerus sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul
kristal gula. Sedangkan
campuran nira kental dan kristal gula disebut massecuite.
4.1.5.
Pemisahan Kristal
Setelah masakan
didinginkan proses selanjutnya adalah pemisahan. Proses ini bertujuan Untuk memisahkan
kristal gula dari cairannya(molasse), dalam proses ini dapat dilakukan dengan
cara pemutaran menggunakan puteran(centrifuge). Dalam pemisahan ini, terlebih
dahulu viskositas molasse dikurangi dengan memberikan air. Kemudian dilakukan
pemutaran dan kristal gula yang diperoleh dikeringkan.
Pada
alat centrifuge ini terdapat saringan. Sistem kerja lat ini yaitu dengan
menggunakan gaya sentrifugal sehingga masakan diputar dan strop(Campuran
larutan dan kristal gula) akan tersaring dan kristal gula tertinggal dalam
puteran. Pada proses ini dihasilkan gula kristal dan tetes. Gula kristal
didinginkan dan dikeringakan untuk menurunkan kadar airnya. Tetes di transfer
ke Tangki tetes untuk di jual.
4.1.6.
Pengeringan
Kristal Gula
Air yang dikandung kristal
gula hasil sentrifugasi masih cukup tinggi, kira-kira 20% . Gula yang
mengandung air akan mudah rusak dibandingkan gula kering, untuk menjaga agar
tidak rusak selama penyimpanan, gula tersebut harus dikeringkan terlebih
dahulu. pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau dengan memakai udara
panas kira-kira 800C.
Pengeringan gula secara alami dilakukan dengan
melewatkan SHS pada talang goyang yang panjang. Dengan melalui talang ini gula
diharapkan dapat kering dan dingin. Proses pengeringan dengan cara ini
membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan cara pemanasan. Karena itu,
pabrik-pabrik gula menggunakan cara pemanasan. Cara ini bekerja atas dasar
prinsip aliran berlawanan dengan aliran udara panas.
V.
PENUTUP
Kesimpulan yang diperoleh dari makalah
ini adalah sebagai berikut
1.
Sumber gula di Indonesia sejak masa
lampau adalah cairan bunga
(nira) kelapa atau enau, serta cairan batang tebu
2.
Sukrosa memiliki rumus molekul C12H22O11, dengan berat molekul 342,3 g/mol, memiliki bentuk padatan dan berwarna putih. Sukrosa berbau khas karamel dengan densitas 1,587 g/cm3 kelarutan, 25oC 2000 g/L air serta titik
leleh, 1 atm1860C
3.
Ada beberapa metode
pemanenan tebu, diantaranya adalah dengan cara ditebang langsung
dan dibakar terlebih dahulu.
4.
Proses pembuatan gula dari bahan baku tebu secara umum
dilakukan dengan tahap yaitu penggilingan tebu, pemurnian nira mentah,
penguapan nira encer, kristalisasi nira kental, pemisahan kristal dan pengeringan
kristal.
5.
Produksi gula di Indonesia rata-rata
menghasilkan 100-400 ton per tahun
6.
Pada
pemrosesan gula dari tebu menghasilkan limbah atau hasil samping, antara lain
ampas, blotong dan tetes yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, pupuk, dan
pulp.
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
BalasHapusTerjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Hemat biaya Energi dan listrik
Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
1.
Coagulan, nutrisi dan bakteri
Flokulan
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash
Eco Loundry
Paper Chemical
Textile Chemical
Degreaser & Floor Cleaner Plant
2.
Oli industri
Oli Hydrolik (penggunaan untuk segala jenis Hydrolik)
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
3.
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Disinfectant
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
Zinc oxide
Thinner
Macam 2 lem
Alat-alat listrik
Packaging
Pallet
CAT COLD GALVANIZE COMPOUND K 404 CG
Almunium