Rabu, 28 Januari 2015

Titrasi Asidi-Alkalimetri

TITRASI ASIDI - ALKALIMETRI

I.      JUDUL PERCOBAAN :                                                                                                 TITRASI ASIDI - ALKALIMETRI

II.    PRINSIP PERCOBAAN

                       Reaksi penggaraman dan reaksi Netralisasi.

III.             MAKSUD DAN TUJUAN

a.       Praktikan memahami konsep dasar reaksi penggaraman dan reaksi Netralisasi.
b.      Untuk mengetahui konsentrasi larutan asam/ basa.

IV.             REAKSI PERCOBAAN

Titrasi Alkalimetri
(COOH)2. 2 H2O        (COOH)2 + 2 H2O
2 NaOH + (COOH)2              2 COONa + 2 H2O
NaOH + HCl               NaCl + H2O

V.                LANDASAN TEORI

                        Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya. Pereaksi yang direaksikan disebut larutan baku baku /standar. Reaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam basa. Reaksi ini menghasilkan larutan yang pHnya lebih netral. Secara umum metode titrimetri didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut:
                                   
aA + tT à produk
Dimana molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T. untuk menghasilkan produk yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu larutan (larutan standar) konsentrasi dan pH-nya telah diketahui. Saat equivalen mol titran sama dengan mol analitnya begitu pula mol equivalennya juga berlaku sama.
ntitran = n analit
n eq titran= n eq analit
dengan demikian secara stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi larutan kedua. Dalam analisis titrimetri, sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan sebelum reaksi tersebut dapat dipergunakan, diantaranya:
1.         Reaksi itu sebaiknya diproses sesuai  persamaan kimiawi tertentu dan  tidak adanya reaksi sampingan
2.         Reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar benar selesai pada titik ekivalensi. Dengan kata laim konstanta kesetimbangan dari reaksi tersebut haruslah amat besar besar. Maka dari itu dapat terjadi perubahan yang besar dalam konsentrasi analit (titran) pada titik ekivalensi.
3.         Diharapkan tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekivalensi tercapai. Dan diharapkan pula beberapa indicator atau metode instrumental agar analisis dapat menghentikan penambahan titran
4.      Diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan hanya beberapa menit.

Dalam praktik di laboratorium umumnya digunakan larutan dari asam dan basa dengan konsentrasi yang di inginkan kemudian distandarisasi dengan larutan standar primer. Reaksi antara zat yang dipilih sebagai standar utama dan asam atau basa harus memenuhi syarat-syarat untuk analisis titrimetri. Selain itu, standart utama harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:
1.         Tersedia dalam bentuk murni atau dalam keadaan yang diketahui kemurniannya. Umumnya jumlah total pengotor tidak melebihi 0,01 sampi 0,02%, dan diuji adanya pengotor dengan uji kualitatif yang diketahui kepekaannya.
2.             Zat tersebut mudah mongering dan tidak terlalu higrokopis, hal itu mengkibatkan air akan ikut saat penimbangan. Zat itu tidak boleh kehilangan berat saat terpapar di udara. Pada umumnya hidrat-hidratnya tidak digunakan sebagai standar utama.
3.             Standar utama sebaiknya memilikiberat ekivalent tinggi, bertujuan untuk meminimalkan akibat akibat dari kesalahan saat penimbangan.
4.             Asam basa itu cenderung kuat, yakni sangat terdisosiasi. Namun asam basa lemah dapat digunakan sebagai standar utama, tanpa kerugian yang berarti khususnya ketika larutan standar itu akan digunakan untuk menganalisis sampel dari asam atau basa lemah.
Contoh bahan standar utama adalah :
1.             (KHC8H4O4) Kalium Hidrogen falat, umumnya dipakai untuk larutan basa.
2.             Asam sulfamat (HSO3NH2) untuk menstandarisasi basa kuat
3.             Kalium hydrogen iodat [KH(OI3)2] untuk larutan basa
4.             Asam sulfosalisilat untuk larutan basa
5.             Basa organic TRIS (hidroksimetil) aminometana( CH2OH)3CNH3 biasa disebut TRIS atau THAM untuk standarisasi asam
6.             Natrium karbonat (Na2CO3) untuk standarisasi asam kuat.
 Berbagai zat asam dan basa , baik anorganik maupun organic dapat ditentukan dengan titrasi asam-basa, diantaranya nitrogen,belerang, karbonat, gugus fungsi organic, dan lain lain.

Macam macam titrasi asam – basa :
o   Titrasi asam kuat dengan basa kuat
o   Titrasi asam lemah dengan basa kuat
o   Titrasi basa lemah dengan asam kuat
o   Titrasi campuran dua macam asam atau bsa yang berbeda tingkat kekuatannya.
Titrasi asidimetri-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan atau basa diantaranya:
Asam kuat dan basa kuat
Reaksi untuk titrasi asam kuat-basa kuat adalah
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgO_o93p6f39qFtXv7tjrraRWoRnXINZcjLYbQgfbND4sOROp-Jxpq9cKbsCIpmUEEeK9J0ofiMOhuUvOLIOYbYQ_e6-rLB-OMjwSOD490gOnq-iRIbi4XKNPSbwFBPBppoVAM0hTVOqDE/s1600/4.png
Untuk menghitung [H+] pada titik tertentu dalam titrasi, kita harus menentukan jumlah H+ yang tetap tinggal pada titik tersebut dibagi dengan volume total larutan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuEVnlOLDglQOdXtQ3XpQsWxfE5Hz-ifNVuI-NIYIJoSDmhecRLxklDnW0ecNvsGNIXN-uHlTL5LRxywLnzWZa0RtlcL0PPrdbPVT14EPe8Wr1nY-5SdaEJVPguZULaKc6ko1_Ex8zAx8/s1600/5.png

(Hardjono. 2005)

Asam kuat dan basa lemah
Meskipun istilah penetralan lazim digunakan untuk reaksi apa saja antara asam dengan basa, tak selalu akan dihasilkan larutan yang benar-benar netral. Memang larutan netral hanya diperoleh bila asam dan basa itu sama kuatnya.
Pada hakekatnya titrasi basa lemah dengan asam kuat dapat dipahami seperti cara kerja sebelumnya. Yang perlu diperhatikan adalah tentang komponen utama dalam larutan dan kemudian memutuskan apakah reaksi terjadi menuju sempurna (Keenan, dkk. 1984).

Asam lemah dan basa kuat
Reaksi dalam larutan air dari asam lemah seperti asam asetat, HC2H3O2, dengan basa kuat NaOH dapat dinyatakan oleh persamaan berikut:
Pemaparan lama :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiguODoDEwxN3nCTI-KXgaiVKtLTBRBhiCONYgfPG2Kq0sy44OhZeJa-zGYgY4OeFNDHy3gxPMCgJk8dhtJZsK4zS7x31N3tGQ_nd9JUyBeVNgVcB1to_M8-1VXKgn0Uc0TeUEeVwSDD38/s320/6.png
Pemaparan baru :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBn0hqg-t-V7zTbOWHn0k5P2-eybsfZWmdWDuMiTRrg54fAAubiVF11sux_ghl29NQKxreGUU-hSnlo_HK0j0_Tp41pEVh1sP7HSviJQlnykz1zSO3OZYYn6l3QME1mw4Nxu2k9C8AbTU/s320/7.png
Larutan natrium asetat yang dihasilkan agak bersifat basa, karena ion asetat berfungsi sebagai basa dalam larutan air (Keenan, dkk. 1984).



Asam lemah dan basa lemah
Sebagai contoh akhir dari penetralan, perhatikan reaksi dalam larutan air dari asam asetat yang lemah itu dengan basa lemah amonia. Larutan amonium asetat, yang dihasilkan, praktis netral. Ini karena kuat asam ion NH4+ tepat diimbangi oleh basa kuat dari ion C2H3O2-.
Sebagai ringkasan, reaksi asam dan basa yang sama kekuatannya, akan menghasilkan larutan netral. Asam dan basa yang bereaksi dapat keduanya kuat maupun keduanya lemah.
-    Indikator Asam Basa
Indikator asam basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Misalnya biru bromtimol (bb); dalam larutan asam ia berwarna kuning, tetapi dalam lingkungan basa warnanya biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna asam dari indikator (kuning untuk bb), sedang warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa disebut warna basa.
Akan tetapi harus dimengerti, bahwa asam dan basa disini tidak berarti pH kurang atau lebih dari tujuh. Asam berarti pH lebih rendah dan basa berarti pH lebih besar dari trayek indikator atau trayek perubahan warna yang bersangkutan.
Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda  (Khopkar. 2003)
Kebanyakan indikator asam basa adalah molekul kompleks yang bersifat asam lemah dan sering disingkat dengan HIn. Mereka memberikan satu warna berbeda bila proton lepas (Hardjono Sastrohamidjojo. 2005)
Contoh : Fenolftalein, indikator yang lazim dipakai, tak berwarna dalam bentuk Hin-nya dan berwarna pink dalam bentuk In, atau basa. Struktur Fenolftalein, sering disingkat PP, adalah sebagai berikut :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixZ194vlkt9tVHiibf_WMAHnUcOjhuvOjYoAtsyhcVQJK6PDvGuuqVjytamh-frj1icSpT_NIp0kF5kuKOmjejiXKhETHzKWFkas7ycCk2lTTStA56SIK3hSuAsX4dQHkWf51L4NJwWWc/s320/8.png


Berikut adalah istilah dalam titrimetri :
1.      Larutan Baku  : larutan yang konsentrasinya telah atau dapat diketahui dengan pasti atau yang dapat digunakan untuk mencari konsentrasi zat lain. Rumus umum untuk mengetahui konsentrasi zat lain dari suatu larutan adalah :
Keterangan      :
gr  = bobot/ berat zat
BE = bobot ekivalen zat= BM(MR)/n(n=factor ekivalen)
V   = Volum larutan
a.       Larutan baku primer : konsentrasinya dapat diketahui secara langsung dengan perhitungan sehingga dapat langsung digunakan untuk menetapkan konsentrasi zat lain. Maka dalam penimbangan dan pembuatannya harus dilakukan dengan teliti dan akurat.
b.      Larutan Baku sekunder : Konsentrasinya tidak dapat diketahui secara langsung, harus debakukan dahulu dengan standar primer, baru dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi zat lain. Tidak seperti halnya standar primer, dalam penimbangan dan pembuatan larutan baku sekunder tidak harus teliti dan akurat karena nantinya akan dibakukan dengan larutan baku primer.

2.      Titik Ekivalen (setara) : titik dimana jumlah titran dengan titrat sama secara stoikiometris.
3.      Titik Akhir : titik dimana terjadi perubahan warna atau kekeruhan yang menandai berakhirnya suatu titrasi. Secara teoritis titik ekivalen harus sama dengan titik akhir.

Penggolongan Teknik Titrasi :
1.      Titrasi langsung ( Direct Titration ) : larutan contoh langsung dititrasi dengan larutan standar, misalnya titrasi antara NaOH dengan HCl.
2.      Titrasi Tidak Langsung ( Back Titration ) : cara ini digunakan jika zat yang berada didalam contoh tidak bereaksi dengan larutan baku atau bereaksinya sangat lamban. Dalam kasus ini harus ditambahkan kedalam larutan contoh sejumlah tertentu zat ketiga yang berlebihan, kemudian kelebihan zat ketiga dititrasi dengan larutan baku.
3.      Titrasi penggantian ( Displacement Titration )
Cara ini dilakukan bila ion ditetapkan :
a.       Tidak bereaksi langsung dengan larutan baku
b.      Tidak bereaksi secara stoikiometri dengan larutan baku
c.       Tidak saling mempengaruhi ( not interact) dengan larutan penunjuk

Terdapat beberapa teori asam basa, yaitu :
1.      Teori Arhenius
Menurut Arhenius asam adalah zat yang dalam air menghasilkan ion H + dan basa adalah zat yang dalam air menghasilkan ion OH
HCl (asam) « H+ + Cl
NaOH (basa) « Na+ + OH
Sehingga ion yang bereaksi menghasilkan H+ + OH- « H2O
2.      Teori Brusted – Lowrey
Asam adalah zat yang dapt melepaskan proton (proton donor) , sedangkan basa adalah zat yang dapat mengikat proton (proton akseptor).
3.      Teori Lewis
Asam adalah zat yang dapat mengikat electron (electron akseptor) sedangkan basa adalah zat yang dapat melepaskan electron ( electron donor).




4.      Beberapa indicator Titrasi Asam Basa
Nam a
Range pH
Perubahan warna
Thymol biru
1,2-2,8
Merah – kuning

8,0-9,6
Kuning-biru
Metil kuning
2,9-4,0
Merah-kuning
Metil orange
3,1-4,4
Merah-orange
Brom kresol hijau
3,8-5,4
Kuning-biru
Metal merah
4,2-6,3
Merah-kuning
Bromkresol ungu
5,2-6,8
Kuning-ungu
Brom timol biru
6,2-7,6
Kuning-biru
Phenol merah
6,8-8,4
Kuning-merah
Cresol ungu
7,6-9,2
Kuning-ungu
Phenol  ptalien
8,3-10
Tidak berwarna-merah
Timol ptalein
9,3-1v0,5
Tidak berwarna-biru
Alizarin kuning GG
10-12
Tidak berwarna-kuning


VI.             ALAT DAN BAHAN



a.      ALAT:


1.      Neraca/ timbangan
2.      Buret
3.      Bulp
4.      Labu ukur
5.      Pipet Ukur
6.      Erlenmeyer
7.      Labu Semprot
8.      Statif + klem buret
9.      Corong



b.      BAHAN:
1.      Padatan asam oksalat ((COOH)2. 2H2O)
2.      Larutan NaOH 0.1N
3.       Indikator PP & Metil Red
4.       Sampel asam (HCl)



VII.          PROSEDUR

Penerapan kosentrasi  NaOH  0.1N  dengan baku primer Asam Oksalat (ALKALI)
1.      Dibuat 100 ml larutan baku primer.
2.      Dipipet 10 ml larutan tersebut kedalam labu Erlenmeyer.
3.      Ditambahkan 3-5 tetes indikator PP.
4.      Dititrasi dengan NaOH 0.1N dalam buret sampai titik akhir (larutan merah muda seulas).
5.      Dilakukan Minimal 3x.
Penerapan kosentrasi  HCl  0.1N  dengan baku primer Borax (ASIDI)
1.        Dibuat 100 ml larutan baku primer.
2.        Dipipet 10 ml larutan tersebut kedalam labu Erlenmeyer.
3.        Ditambahkan 3-5 tetes indikator MR.
4.        Dititrasi dengan HCl 0.1N dalam buret sampai titik akhir (larutan merah muda seulas).
5.        Dilakukan Minimal 3x.

VIII.       DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


VIII.1. Data Pengamatan

Penerapan kosentrasi  NaOH  0.1N  dengan baku primer Asam Oksalat (ALKALI)
1.      Dibuat 100 ml larutan baku primer.
2.      Dipipet 10 ml larutan tersebut kedalam labu Erlenmeyer.
3.      Ditambahkan 3-5 tetes indikator PP.
4.      Dititrasi dengan NaOH 0.1N dalam buret sampai titik akhir
5.      Dilakukan Minimal 3x.
Penerapan kosentrasi  HCl  0.1N  dengan baku primer Borax (ASIDI)
1.        Dibuat 100 ml larutan baku primer.
2.        Dipipet 10 ml larutan tersebut kedalam labu Erlenmeyer.
3.        Ditambahkan 3-5 tetes indikator MR.
4.        Dititrasi dengan HCl 0.1N dalam buret sampai titik akhir (larutan merah muda seulas).
5.        Dilakukan Minimal 3x.

VIII.2. Data Perhitungan

Pembakuan HCl 0.1N dengan Baku Primer Borax
Vol. Asam Oksalat      = 10ml
N Asam Oksalat          = 0.1N
Pengerjaan
Vol.HCl  (ml)
N HCl
Simplo
10.8
0.0925
Duplo
11.4
0.0877
Rata-rata
11.1
0.0901
N NaOH                      V1.N1 = V2. N2
Diket = V1 = Asam Oksalat Alkali = 10 ml
             N1 = Asam Oksalat Alkali = 0.1 N
                         V2 = NaOH simplo            = 10.8 ml
                         V2 = NaOH duplo              = 11.4 ml
Jawab =
Simplo =    V1 . N1 = V2 . N2
         10 ml . 0.1 N = 10.8 ml .N2
                          N2 = 0.0925 N
Duplo =      V1 . N1 = V2 . N2
            10 ml . 0.1 N = 11.4 . N2
                                      N2 = 0.0877 N









Pembakuan NaOH 0.1N dengan Baku Primer Asam Oksalat
Vol. Asam Oksalat      = 10ml
N Asam Oksalat          = 0.1N
Pengerjaan
Vol.NaOH  (ml)
N NaOH
Simplo
10.5
0.0952
Duplo
10
0.1
Rata-rata
10.25
0.0976
N NaOH                      V1.N1 = V2. N2
Diket = V1 = Asam Oksalat Asidi = 10 ml
             N1 = Asam Oksalat Asidi = 0.1 N
                         V2 = HCl simplo               = 10.5 ml
                         V2 = HCl duplo                 = 10 ml
Jawab =
Simplo =    V1 . N1 = V2 . N2
                         10 ml . 0.1 N = 10.5 ml . N2
                                      N2 = 0.0952 N
Duplo  =    V1 . N1 = V2 . N2
                         10 ml . 0.1 N = 10 ml . N2
                                      N2 = 0.1 N

IX.             PEMBAHASAN


Faktor kesalahan yang telah terjadi adalah
ü  Ketika titrasi, volume titran yang diteteskan melebihi dari volume yang diharuskan, karena kurang memperhatikan perubahan warna larutan, sehingga didapat hasil yang kurang akurat.
ü  Alat yang digunakan tidak benar-bersih, sehingga zat pada larutan tercampur zat lain.
ü  Kesalahan praktikan dalam membaca meniskus bawah buret.


X.                KESIMPULAN

Ø  Titrasi asidi-alkalimetri merupakan titrasi asam-basa dan termasuk dalam titrasi netralisasi (penetralan). Titrasi asidimetri yaitu titrasi terhadap larutan basa bebas atau garam yang berasal dari basa lemah dengan menggunakan larutan standar asam.
Ø  Normalitas NaOH secara praktis adalah 0.0901 N
Ø  Normalitas HCl secara praktis adalah 0.0976 N

XI.             TUGAS

XI.1. SOAL

1.      Apa yang dimaksud larutan Buffer?
2.      Sebutkan macam-macam indikator asam-basa?
3.      Gambarkan kurva dibawah ini:
a. Asam kuat – basa lemah
b. Asam kuat – basa kuat
c. Asam lemah – basa lemah

XI.2. JAWABAN

1.      Larutan buffer,  larutan penyangga atau larutan dapar adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian asam kuat atau basa kuat.

2.      Macam-macam Indikator Asam Basa



3.      Gambar Kurva Asam-Basa
a.       asam kuat – basa lemah
 












b.      Asam kuat – basa kuat

 










c.        Asam lemah – basa lemah









XII.          DAFTAR PUSTAKA


Kenaan, dkk. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga
Modul praktikum Kimia Analisis
Kenaan, dkk. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga